StartUp Village Laundry Service ( jasa Cuci di India)
Village Laundry Service
( Buku The Lean Startup Eric
Ries)
Kategori : Lean StartUp
Sebagian besar orang mencuci dengan tangan atau membayar jasa tukang cuci yang disebut Dhobi. Tukang cuci lantas membawa pakaian ke sungai terdekat, mencucinya di air sungai, menggilasnya ke batu supaya bersih, dan menjemurnya.
Keseluruhan proses tersebut dapat memakan waktu dua sampai tujuh hari. Hasilnya
? pakaian dikembalikan setelah sekitar sepuluh hari dan mungkin tidak bersih
bersih amat.
Akshay Mehra sudah bekerja di
Procter & Gamble Singapura selama delapan tahun ketika dia mencium suatu
peluang.
Sebagai brand manager merek Tide and Pantene untuk India dan negara negara Asean, Akshay pikir dia bisa menyediakan jasa penatu untuk orang2 yang semula tidak sanggup membayarnya.
Sepulang ke India, Akshay bergabung ke Villages Laundry Service ( VLS ), yang
didirikan oleh Innosight Ventures. VLS lantas memulain serangkaian eksperimen
untuk menguji asumsi bisnisnya.
Untuk eksperimen pertama, VLS mengangkut mesin cuci level rumahan ke bak truk pickup yang di parkir di pojok jalan di Banglore.
Eksperimen itu memakan biaya kurang dari US$8 rb dan tujuannya sederhana, yakni membuktikan bahwa orang orang bersedia menyerahkan cucian mereka untuk dibersihkan dan membayar untuk layanan itu.
Para enterpreneur
tidak mencuci di atas truk sebab mesin cuci semata mata adalah untuk iklan pemasaran,
tetapi membawa cucian tersebut ke lokasi lain dan kemudian
mengembalikannya kepada konsumen di penghujung hari.
Tim VLS terus bereksperimen
selama seminggu, memarkir truk di pojok jalan2 yang berlainan, menggali semua
yang bisa mereka cari tau mengenai calon konsumen.
Mereka ingin tahu cara
mendorong orang orang untuk datang ke truk.
Apakah kecepatan pencucian
menjadi perhatian utama ?. Apa yang diminta oleh orang orang ketika mereka
menitipkan cucian ?.
Tim memperhatikan bahwa konsumen dengan senang hati menyerahkan cucian untuk dibersihkan.
Namun mereka
masih curiga dengan keberadaan mesin cucu di bak truk, takut takut kalo VLS
membawa kabur cucian mereka.
Untuk mensolusikan hal
tersebut, VLS membuat truknyang lebih menyerupai kios.
VLS juga bereksperimen dengan kios mobil di depan minimarket waralaba lokal.
Dengan mengulang eksperimen
beberapa kali, VLS menemukan layanan apa saja yamg paling diminati oleh orang
oramg dan berapa harha yang harus dibayar.
Tim menemukan bahwa konsumen
sering kali ingin pakaian mereka di setrika dan bersedia membayar dua kali
lipat supaya pakaian mereka dikembalikan dalam waktu empat jam alih alih 24
jam.
Menindaklanjuti hasil
eksperimen ekeperimen tersebut, VLS akhirnya membuat produk berupa kios mobil
0.9x1.2 meter yang memuat mesin cuci rumahan hemat energi, pengering, dan
sambungan kabel ekatra panjang.
Kios tersebut menggunakan
detergen modern dan disuplai air bersih tiap hari yang diantarkan oleh VLS.
Sejak saat itu , VLS telah
tumbuh secara substansial, beroperasi di empat belas lokasi di Banglore,
Mysore, dan Mumbai. Dalam kapasitasnya sebagai CEO, Akshay menyampaikan kepada
Eric Ries.
"Kami telah menggarap
116.000 kg cucian pada 2010 ( meningkat dari 30.600 kg pada 2009 ). Dan hampir
60 % bisnis kami dari pelanggan tetap. Setahun terakhir ini saja, kami telah
melayani lebih dari 10.000 konsumen di semua cabang."
Comments
Post a Comment