Kisah Snaptax, mempermudah pengisian SPPT pajak

 Kisah Snaptax

( From The Lean Startup Eric Ries Book) 

Kategori : Lean StartUp



Pada tahun 2009 sebuat startup memutuskan untuk mewujudkan sebuah ide nekat. Supaya wajib pajak tidak perlu membayar akuntan mahal untuk membantu mengambil informasi pajak W2 ( Risalah akhir tahun dari pemberi kerja untuk karyawan, yang berisi perincian penghasilan kena pajak sepanjang tahun), startup ini bercita cita untuk mengotomatiskan proses tersebut.

Startup tersebut segera saja terbentur masalah. Sekalipun banyak konsumen yang memiliki akses ke mesin cetak/pindai di kantor atau di rumah mereka, hanya segelintir yg bisa menggunakannya.

Setelah sekian banyak perbincangan dengan calon konsumen, tim startup tersebut memunculkan ide agar konsumen tinggal memfoti formulir lansung dari ponsel. Ketika konsep itu tengah di uji, konsumen mengajukan pertanyaan yang tak diduga duga: Mungkinkah mengisi surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) itu hanya melalui telepon ? 

Tugas itu tidak lah mudah. SPPT memuat ratusan pertanyaan, terdiri atas banyak formulir, dan membutuhkan berlembar lembar dokumen pelengkap. Startup tersebut mencoba sesuatu yg baru dengan mengirimkan versi awal produk yang bahkan belum bisa mengisi lengkap SPPT. Versi awal tersebut hanya dapat digunakan oleh wajib pajak yang isian formulirnya sangat sedikit. Itupun hanya California. 

Wajib pajak hanya memfoto formulir W2 demgan kamera telepon. dari satu foto itu, perusahaan mengembangkan teknologi anyar yang mengisikan SPPT secara ajaib, bernama SnapTax. Dari awal mula nan bersahaja ini, SnapTax tumbuh menjadi startup yang sukses.

Peluncurannya secara nasional pada 2011 menunjukkan bahwa konsumen menyukai produk tersebut. Pada tiga pekan pertama selepas peluncurannya saja, SnapTax telah diunduh lebih dari 350.000 kali. 

Inovasi macam inilah yang lazimnya ditelurkan oleh startup anyar. 

Walaupun begitu, SnapTax ternyata dikembangkan oleh Intuit, salah satu perusahaan terbesar penyedia perangkat keuangan, perpajakan, dan akutansi bagi konsumen individu dan usaha kecil di Amerika Serikat. Digawangi oleh 7.700 karyawan lebih dan meraup pemasukan tahunan bernilai milyaran, Intuit tidak termasuk startup biasa. 

Tim yang mengembangkan SnapTax tidak mirip dengan pola enterpreneur.

Mereka tidak bekerja di garasi atau sehari hari cuma makan mie instant. Perusahaan mereka tidak kekurangan sumber daya. Mereka diberi gaji dan aneka fasilitas. Merela masuk kantor tiap hari kerja. Walau begitu, mereka juga enterpreneur. 

Kisah seperti ini sayangnya tidak lazim dijumpai di perusahaan besar.

Bagaimanapun, SnapTax bersaing langsung dengan salah satu produk uanggulan Intuit : perangkat lunak dekstop TurboTax yang berfitur jauh lebih banyak.

Biasanya, perusahaan seperti Intuit terjebak ke dalam perangkapnyang dijabarkan Clayton Christensen dalam The Innovator's Dilemma : sangat lihai melayani konsumen tetap dan memperbaiki produk yang sudah ada sedikit demi sedikit, tetapi kesulitan menemukan produk terobosan baru- Inovatif Disruptif- yang dapat dijadikan sumber pertumbuhan baru yang berkesinambungan. 

Ketika Eric Ries menanyakan kiat di balik sukses SnapTax yang tak terduga duga, sang kepala tim memberikan jawaban yang mencengangkan.

Apakah mereka merekrut enterpreneur ulung dari luar perusahaan ?. Tidak, mereka mengumpulkan orang orang dari dalam Intuit.

Apa mereka harus menghadapi campur tangan manajemen senior, yg menjadi biang kerok pemusnah kreatifitas dan inovasi di banyak perusahaan ?

Tidak, eksekutif perusahaan malah menyokong mereka, yaitu membebaskan mereka untuk bereksperimen sesuai kebutuhan.

Apa mereka mempunyai tim besar, anggaran berlimpah, dan dana pemasaran tak terhingga ? Tidak, anggota tim mereka awalnya hanya lima.

Tim SnapTax sukses berinovasi bukan karena bakat bawaan, takdir, atau kebetulan, melainkan berkat fasilitas dari manajemen senior Intuit.

"Inovasi adalah proses dari bawah ke atas yang terdesentralisasi dan tidak terprediksi tetapi bukan berarti inovasi tidak bisa di kelola"

Tentu bisa, hanya saja untuk mengelola inovasi diperlukan manajemen gaya baru, yang mesti dikuasai bukan hanya oleh praktisi wirausaha yang bercita cita membuat terobosan hebat, melainkan juga oleh orang oramg yang menyokong, membina, dan berkepentingan akan kesuksesan mereka.

Dengan kata lain, manajemen senior punya tanggung jawab untuk memupuk kewirausahaan.

Dewasa ini, perusahaan terdepan seperti Intuit dapat membuahkan kisah sukses seperti SnapTax, karena perusahaan telah mafhum akan perlunya paradigma manajemen baru. Kesadaran macam inilah yang baru tumbuh akhir akhir ini, setelah bertahun tahun.

Comments