LEAN START UP DI PEMERINTAHAN ( From The Lean Startup Eric Ries Book)
LEAN START UP DI PEMERINTAHAN
( From The Lean Startup Eric Ries Book)
Kategori : Lean StartUp
Pada 21 Juli 2010 Presiden Obama mengesahkan Undang undang Reformasi Wall street dan Perlindungan konsumen.
Undang undang ini menjadi landasan hukum bagi pembentukan lembaga federal baru bernama Consumer Financial Protection Bureau ( CFPB ).
Lembaga ini bertugas melindungi warga negara AS dari praktik praktik peminjaman yang mencekik, entah oleh perusahaan kartu kredit, kartu mahasiswa, maupun rentenir.
Untuk menjalankan fungsi tersebut, diusulkan agar dibuat sentra panggilan
tempat para petugas terlatih dapat menerima telepon dari warga.
Apabila dibiarkan sendiri, lembaga anyar pemerintah pada umumnya akan merekrut banyak staf dan meminta anggaran besar untuk menyusun rencana kerja yang mahal sekaligus menghabiskan waktu.
Namun CFPB ternyata memutuskan untuk bertindak lain.
kendati mempunyai anggaran US$500 juta dan profil mencolok, CFPB sejatinya
adalah suatu startup.
Presiden Obama menugaskan Chief Technology Officernya, Aneesh Chopra untuk mengumpulkan ide ide mengenai pembentukan lembaga startup anyar tersebut dan disitulah Eric Ries terlibat.
Dalam salah satu kunjungannya ke Silicon Valey, Chopra mengundang sejumlah enterpreneur untuk mengusulkan cara cara memupuk mentalitas startup di dalam lembaga baru tersebut.
Pada khususnya, fokus Chopra adalah memaksimalkan
teknologi dan inovasi untuk menjadikan lembaga itu lebih efesien, efektif biaya
dan menyeluruh dalam bekerja.
Usulan Eric, dimana CFPB diberlakukan sebagai ekperimen, yaitu identifikasi elemen elemen dari rencana yg merupakan asumsi, dan cari cara untuk menguji asumsi asumsi itu.
Dengan panduan tersebut
, bisa dibuat Minimum Viable Product dan langsung menggerakkan lembaga baru
tersebut, pada skala mikro jauh sebelum rencana resmi dijalankan.
Asumsi pertama adalah : Begitu warga Amerika tahu bahwa mereka bisa menelpon CFPB untuk meminta bantuan terkait penipuan keuangan dan layanan kredit mencekik, akan banyak yg melakukannya.
Asumsi ini masuk akal karena, menurut riset pasar yang sudah ada, banyak warga AS yang menjadi korban penipuan keuangan per tahunnya.
walau sudah ada data riset pasar, hal ini tetap saja masih asumsi. Jika volume telpon meleset jauh dari perkiraan, maka rencana perlu di revisi secara signifikan.
Misalkan bagaimana kalo orang Amerikabyg kesulitan karena praktik keuangan tak sehat tidak menganggap diri mereka sebagai korban, sehingga tidak meminta pertolongan ? Bagaimana kalau pandangan mereka mengenai masalah ini ternyata lain dari perkiraan CFPB ?.
Bagaimana jika mereka menelpon untuk minta bantuan
terkait persoalan yang berada di luar kewenangan lembaga tersebut ?.
Di sisi lain, jika lembaga ini sudah beroperasi dengan anggaran US$500 juta dan sejumlah besar staf, mengubah rencana akan sulit dan memakan waktu, tetapi untuk sekedar mendapatkan umpan balik, mengapa mesti menunggu ?
Untuk mulai bereskperimen dengan segera, lembaga bisa saja mulai dengan membuka layanan hotline sederhana dengan menggubakan platform sederhana berbiaya murah seperti Twilio.
Dalam waktu hanya beberapa jam mereka bisa membuat menu suara otomatis, menyuguhkan sejumlah masalah keuangan yang bisa dipilihboleh penelpon.
Dalam versi pertama, pilihan menu bisa ditentukan
berdasarkan riset yang sudah ada. Alih alih disambungkan langsung ke petugas,
tiap pilihan menu bisa menyuguhkan informasi bermanfaat untuk membantu penelpon
memecahkan masalahnya.
Pada awalnya layanan hotline
dimulai dengan eksperimen terbatas, dari beberapa blok kota saja. Daripada
membayar mahal untuk iklan TV atau radio untuk menggambarkan layanan itu kepada
khalayak, misalnya membagi selebaran di blok blok yang menjadi sasaran awal
atau pasang iklan di koran yang di edarkan di daerah tersebut. Karena area
target demikian kecil, lembaga tersebut tentu sanggup membayar mahal demi
menumbuhkan kesadaran di daerah target. kendati demikian, biaya total yang
mesti dikeluarkan tetap relatif kecil.
Minimum Viable Product semacam itu pastinya jauh dari komprehensif, apalagi untuk sebuah badan yang dibekali anggaran US$500 juta.
Namun biaya total pembuatan produk awal ini
sangatlah murah sekali, barangkali hanya beberapa ribu dolar, sedangkan waktu
yg diperlukan untuk merampungkannya hanya dalam hitungan hari atau pekan.
Pelajaran yang dapat dipetik dari eksperimen tersebut akan sangat bernilai. Berdasarkan pilihan para penelpon awal. CFPB bisa menangkap masalah masalah apa saja yang menurut warga Amerika memang menyulitkan mereka, bukan masalah menurut para pakar dan lembaga.
CFPB bisa mulai menguji pesan pesan pemasaran, apa sebabnya orang orang tergerak untuk menelpon ?. Dari data yang masuk, lembaga bisa memperkirakan tren di lapangan.
Berapa persen orang di area
target yang benar2 menelpon hotline ?. Perkiraan itu tentunya tidak sempurna,
tetapi setidaknya bermanfaat untuk membuat perkiraan yang lebih akurat daripada
riset pasar berbasis survei belaka.
Yang terpenting, produk ini akan berfungsi sebagai cikal bakal layanan final nantinya. Diawali dari produk yang sederhana, CFPB bisa memperbaiki layanannya, pelan tapi pasti menyuguhkan tambahan solusibyang lebih beragam dan jitu.
Akhirnya lembaga tersebut bisa
mempekerjakan petugas sungguhan untuk mengawaki hotline, barangkali mula mula
hanya untuk menjawab satu kategori masalah, supaya peluang keberhasilannya
tinggi. Pada saat rencana resmi sudah siap diimplementasikan, layanan awal
tersebut diharapkan sudah berkembang sehingga mampu menjawab tantangan yang
nyata dalam skala nasional.
CFPB baru saja dirintis, tetapi lembaga tersebut sudah berkomitmen untuk menempuh pendekatan eksperimental.
Contohnya, lembaga tersebut melakukan segmentasi berdasarkan kategori kasus. Seiring dengan berjalannya eksperimen pertama, lembaga tersebut akan berkesempatan untuk memonitor secara seksama semua keluhan dan umpan balik yang masuk.
Data ini akan membantu lembaga dalam menentukan kedalaman, ragam
dan rangkaian layanan mereka pada masa datang.
Sebagaimana yang disampaikan oleh David Forrest, CTO CFPB, kepada Eric Ries. "Tujuan kami adalah memberi warga Amerika kemudahan untuk memberi tahu kami mengenai masalah di pasar keuangan konsumen.
Kami berkesempatan memonitor informasi dari publik secara seksama dan kemudian bereaksi pada informasi anyar tersebut.
Pasar
berubah sepanjang waktu dan tugas kami adalah untuk ikut berubah sesuai
keadaan."
Comments
Post a Comment