Design Thinking (Bag.3)
Design Thinking (Bag.3)
Sumber : Change by Design Books, Desing Sprint Jake Knapp, Standford Design Thinking Process, Google Design Sprint etc.
Kategori : Design Thinking
Source : https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Ideate_-_Design_Thinking.png
IDEATE
Linus Pauling said it best: “To have a good idea, you must first
have lots of ideas”—and
he won two Nobel Prizes.
BRAINSTORMING
Brainstorming adalah teknik kreativitas kelompok, dimana dilakukan upaya, untuk menemukan kesimpulan untuk masalah tertentu, yaitu dengan mengumpulkan daftar ide secara spontan yang disumbangkan oleh anggotanya.
Dengan kata lain, Brainstorming
adalah situasi di mana sekelompok orang bertemu untuk menghasilkan ide dan
solusi baru di sekitar permasalahan tertentu dengan menghilangkan hambatan.
Orang-orang dapat berpikir lebih
bebas dan mereka menyarankan ide-ide baru yang spontan sebanyak mungkin.
Semua ide dicatat tanpa kritik
dan setelah sesi Brainstorming ide-ide tersebut dievaluasi.
Istilah Brainstorming dipopulerkan
oleh Alex Faickney Osborn dalam buku Terapan Imajinasi tahun 1967. (Wikipedia)
Dengan Brainstorming, mereka
dapat mengambil banyak sekali pendekatan — lebih banyak, lebih baik —
alih-alih hanya menjelajahi cara-cara konvensional dan menghadapi rintangan
terkait.
Saat tim bekerja dalam suasana
bebas penilaian untuk menemukan dimensi sebenarnya dari suatu masalah, mereka
cenderung menghasilkan jawaban kasar yang akan mereka saring dan mungkin menjadi
solusi nantinya.
Brainstorming belum tentu
merupakan teknik utama untuk menghasilkan ide, dan tidak dapat dibangun ke
dalam struktur setiap organisasi.
Tapi itu membuktikan nilainya
ketika tujuannya adalah untuk membuka spektrum ide yang luas.
Pendekatan lain penting untuk membuat
pilihan, tetapi tidak ada yang bisa mengalahkan sesi Brainstorming untuk
membuat ide ide yang banyak.
Divergen and Convergen
Thinking
Source : Change by Design Book
Pemikiran konvergen, adalah cara
praktis untuk memutuskan di antara alternatif
yang ada. Namun cara konvergen kurang bagus untuk melihat ke depan dan
membuat kemungkinan2 baru. Bayangkan sebuah corong dimana bukaannya mewakili
sekumpulan kemungkinan awal dan pipa kecil mewakili solusi.
Jika Konvergen adalah fase untuk mensolusikan masalah yang menghantarkan kita pada suatu solusi, maka objektif pemikiran Divergen bertujuan untuk memperbanyak kemungkinan untuk membuat pilihan.
Mungkin ada insight yang berbeda mengenai prilaku konsumen, alternatif
pandangan untuk penawaran produk, atau pilihan diantara alternatif lainnya
untuk membuat pengalaman yang interaktif.
Dengan melakukan test ide di
kompetisikan dengan ide lainnya, akan ada peningkatan output yang lebih
berkualitas, lebih disruptif, lebih kreatif, dan lebih menarik.
Linus Pauling berkata “ untuk
mendapatkan ide yang bagus, pertama anda harus memiliki banyak ide “. Dan Dia
memenangkan 2 hadiah nobel.
Namun kita harus realistis, semakin banyak pilihan, akan semakin kompleks, dan bisa membuat hidup kita sulit. Khususnya untuk pekerjaan yang memiliki keterbatasan anggaran dan waktu yang sedikit. Kecenderungan perusahaan membatasi masalah dan membatasi pilihan hanya untuk pilihan yang jelas dan mendatangkan peningkatan.
Mungkin lebih efesien dalam jangka pendek, dalam jangka Panjang cenderung akan membuat organisasi menjadi konservatif, tidak flexible, dan rentan terhadap ide ide game changing dari luar. Jadi pemikiran divergen adalah suatu rute untuk menuju inovasi bukan hambatan.
Poin utamanya adalah bukannya kita
harus berfikir dengan otak kanan sebagaimana seniman, proses untuk menjadi
design thinker adalah seperti menjalani sebuah ritme antara fase divergen dan
konvergen. Pada fase Divergen pilihan dikembangkan, sementara pada fase konvergen
merupakan kebalikannya
Visual Thinking
Professional designer memerlukan waktu bertahun tahun untuk menggambar, designer belajar untuk menggambar sehingga mereka dapat mengekspresikan suatu ide.
Kata kata dan angka tidak masalah, namun hanya gambar yang dapat secara bersamaan mengungkapkan karakteristik fungsional sebuah ide dan kandungan emosionalnya.
Oleh karena itu menggambar sangat
penting seperti misalnya masalah estetika tidak dapat diselesaikan dengan
perhitungan matematis yang paling elegan.
Comments
Post a Comment