Bagaimana Blue Bottle Coffe Menjawab Tantangan Kedai Online ( Bagian 2)
Bagaimana Blue Bottle Coffe Menjawab Tantangan Kedai Online ( Bagian 2)
Sumber : Buku Sprint Jake Knapp
Kategori : Design Sprint
Pada Senin pagi pelaksanaan
Sprint, tim Blue Bottle berkumpul di ruang konferensi di kantor GV di San
Fransisco.
Mereka membuat diagram di papan
tulis yang menunjukkan bagaimana para pembeli mungkin akan beralih ke toko
online.
Tim menargetkan konsumen baru
yang akan membeli biji kopi.
James ingin agar Sprint berfokus pada skenario ini karena sangat sulit.
Jika mereka bisa membangun kepercayaan
dan menciptakan pengalaman yang menyenangkan bagi seseorang yang belum pernah
mendengar Blue Bottle, apalagi mengunjungi kafe dan mencicipi kopi mereka,
situasi lain seharusnya lebih mudah.
Mereka berhadapan dengan dengan
pertanyaan besar ini, bagaimana kita harus mengatur kopinya ?
Dalam skenario ini, pembeli akan
memilih dari sekitar selusinan atau lebih varietas biji kopi, masing masing
dalam kantong yang sepintas mirip.
Dan tidak seperti di kafe, tidak
ada barista yang bisa membantu mereka menentukan pilihan.
Awalnya, jawabannya terlihat mudah.
Peritel, mulai dari pemanggang kopi butik hingga jejaring raksasa seperti Starbucks, cenderung mengatur kopi berdasarkan wilayah geografis asalnya.
Seperti Africa, Amerika latin, dan Pasifik. Blue bottle juga mengatur dengan cara yang
sama.
“Saya harus mengakui sesuatu,”
Ujar Branden memecah kesunyian. Semua menoleh “Saya juga pencinta kopi, oke ?.”
“Saya tidak tahu apa apa soal
daerah asal kopi.” Lalu semua terdiam. Pengakuan berani ini bisa jadi dilihat
sebagai hal yang tabu.
“itu bukan masalah,” sahut James.
Hampir semua tidak tahu perbedaan antara wilayah wilayah asal kopi. Kami
berulang-ulang minum kopi Bersama, tetapi tak seorang pun diantara kami yang
pernah mengakui rendahnya pengetahuan kami
Lalu ,Serah Giarusso, pimpinan
layanan konsumen Blue Bottle, menjentikkan jari, “Apa yang biasanya kita
lakukan di kafe ?” tanyanya.
Bagaimanapun, dia melanjutkan,
masalah Braden pasti juga sering dialami oleh para barista kita; seorang
konsumen dating untuk membeli biji kopi, tetapi mereka takt ahu harus memilih
yang mana.
“Metode Penyeduhannya sangat penting,” ujar James.” Jadi kami melatih para barista agar mengajukan pertanyaan sederhana kepada para konsumen;
Bagaimana biasanya anda membuat kopi di rumah ?”
James mejelaskan bahwa, bergantung apakah konsumen menggunakan Chemex, atau
French Press, atau Mr. Coffe, atau alat apa saja, barista bisa merekomendasikan
biji kopi yang sesuai.
“Bagaimana biasanya Anda membuat
kopi di rumah..?” ulang Branden. Semua mencatat. James telah memulai Sprint
dengan menyampaikan visinya: bahwa toko daring mereka harus seramah pelayanan
di kafe. Rasanya kami sudah mulai menemukan titik terang.
Esoknya, tim menggambarkan ide
ide mereka untuk diterapkan di toko daring tersebut.
Pada Rabu pagi, kami punya lima belas solusi.
Jumlah ini terlalu banyak untuk diajukan ke konsumen, jadi tim menyempitkan pilihandengan mengambil suara untuk menentukan solusi favorit mereka.
Kemudian James , pengambil keputusan , memilih tiga sketsa untuk diuji.
Sketsa pertama berupa pendekatan
untuk membuat situs web persis dengan suasana kafe.
Sketsa kedua menampilkan banyak
teks untuk menggambarkan percakapan yang sering dilakukan barista dengan
konsumen.
Sketsa ketiga yang dipilih James
adalah mengatur kopi berdasarkan metode penyeduhannya dengan menampilkan
pertanyaan “Bagaimana biasanya anda membuat kopi di rumah ?” di layar computer.
Jadi kami memutuskan untuk
membuat ketiga prototipenya. Untuk prototipe kami belum benar benar memerlukan
situs web penuh.
Dengan menggunakan program
presentasi Key Note untuk membuat prototipe yang terlihat seperti tiga web
sungguhan.
Dengan Trik Sedikit, bahkan
tanpa pemrograman computer sama sekali, kami menyatukan ketiga layer itu menjadi
prototipe yang bisa digunakan oleh konsumen pengujian kami.
Pada Hari Jumat, tim menonton wawancara konsumen.
Para peminum kopi berbelanja dengan beberapa situs dalam
satu waktu, dengan tiga prototipe Blue Bottle yang disisipkan diantara pesaing
lainnya ( agar konsumen tidak tahu, masing2 prototipe dengan nama palsu)
Polanya mulai muncul...
Toko dengan
desain rak-rak kayu, ide yang paling diharapkan semua orang ?. kami mengira
prototipe ini paling bagus, namun para konsumen menganggapnya terlalu terlihat
murahan dan kurang bonafid.
Sedangkan dua prototipe lainnya
mendapatkan penilaian yang jauh lebih baik.
Sketsa “Bagaimana anda biasanya
membuat kopi di rumah ?” berjalan tanpa kendala.
Dan desain “dengan banyak teks”
mengejutkan kami : konsumen ternyata benar benar membaca semua tulisan itu,
informasi tambahan ini mampu menyuarakan Blue Bottle dan keahliannya dengan
baik. Seperti komentar salah seorang konsumen, “mereka benar benar ahli soal
kopi”.
James dan tim Blue Bottle
membangun kepercayaan diri sendiri dengan Sprint mereka. Mereka menjadi jauh
lebih yakin dalam mendefinisikan cara kerja toko Online mereka.
Terlebih lagi, mereka
melakukannya dengan cara yang paling mendekati keramahtamahan mereka. Mereka
yakin toko Online ini bisa memberikan pengalaman otentik khas Blue Bottle.
Beberapa bulan kemudian, Blue
Bottle meluncurkan situs web baru mereka, dan penjualan Online mereka meningkat
dua kali.
Tahun berikutnya mereka
mengakuisisi sebuah perusahaan kopi berlangganan. Dengan tim yang lebih besar
dan teknologi yang baru, mereka mengembangkan toko Onlinenya dan mulai
bereksperimen dengan penawaran penawaran baru.
Mereka tahu bahwa perlu bertahun
tahun agar toko Online ini berjalan dengan baik, tetapi saat menerapkan Sprint,
mereka memulai langkahnya.
Comments
Post a Comment